Tugas Penilaian Hutan Medan, Oktober 2019
ROTAN (Callamus Spp.)
Dosen Penanggungjawab:
Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.si.
Disusun :
Yulyus Octobrian Manurung
171201222
MNH 5
PROGRAM STUDI
KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
ROTAN (callamus Spp.)
Rotan
adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus
memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak Calameae sendiri
terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian
tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga
Salacca ( misalnya salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta
yang tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai tumbuhan
rotan.
Batang
rotan biasanya langsing dengan diameter 2–5 cm, beruas-ruas panjang, tidak
berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam.
Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus
membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang
rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika
ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak
jawa diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya. Sebagian besar
rotan berasal dari hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi,
dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar
diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh. Rotan cepat tumbuh
dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga
kelestarian hutan, karena orang lebih suka memanen rotan daripada kayu.
Tumbuhan Rotan
|
Keanekaragaman jenis rotan adalah ukuran yang
menyatakan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh
jumlah dan kelimpahan dari masing masing jenis (Baso, 2010). Diperkirakan lebih
dari 516 jenis rotan terdapat di Asia Tenggara, yang berasal dari 8 genera,
yaitu untuk genus Calamus 333 jenis, Daemonorops 122 jenis, Khorthalsia 30
jenis, Plectocomia 10 jenis, Plectocomiopsis 10 jenis, Calopspatha 2 jenis,
Bejaudia 1 jenis dan Ceratolobus 6 jenis. Dari 8 genera tersebut dua genera
rotan yang bernilai ekonomi tinggi adalah Calamus dan Daemonorops (Herliyana,
2009). Pengelompokan jenis-jenis rotan lazimnya didasarkan atas persamaan ciri
yang dimiliki setiap jenis. Penentuan jenis rotan dapat melalui identifikasi
berdasarkan karakter morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga,
buah dan alat-alat tambahan (Telu, 2006). Produksi rotan dunia 85% berasal dari
Indonesia, sehingga tidak berlebihan apabila kita kampanyekan "The Real
Rattan is Indonesia" dan membawa atau mengusulkan rotan sebagai warisan
dunia kepada UNESCO (Pribadi, 2012). Khusus di Sulawesi, rotan banyak ditemukan
di Kendari, Kolaka, Tawuti, Donggala, Poso, Buol Toli-toli, Gorontalo, Palopo,
Buton dan Pegunungan Latimojong.
Rotan yang sudah dipanen |
Dataran rendah maupun agak tinggi, terutama di
daerah yang lembab seperti pinggiran sungai. Hampir seluruh bagian rotan dapat
digunakan baik sebagai konstruksi kursi, pengikat, maupun komponen desainnya.
Sifat fisik rotan merupakan sifat khas yang dimiliki oleh suatu jenis rotan
secara alamiah. Sebagai bahan alami, rotan sudah sejak lama dikenal oleh
masyarakat Indonesia dan dapat digunakan dalam berbagai keperluan hidup sehari-hari.
Rotan dapat berbatang tunggal (soliter) atau berumpun. Rotan yang tumbuh
soliter hanya dipanen sekali dan tidak beregenerasi dari tunggul yang
terpotong, sedangkan rotan yang tumbuh berumpun dapat dipanen terus-menerus.
Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunastunas yang dihasilkan dari kuncup
ketiak pada bagian bawah batang. Kuncup-kuncup tersebut berkembang sebagai
rimpang pendek yang kemudian tumbuh menjadi batang di atas permukaan tanah.
Keadaan kulit batang atau permukaan rotan tersebut merupakan tampilan yang
pertama kali dapat dilihat kasat mata, selain itu keberadaan penampakan luar
tersebut memungkinkan adanya hubungan dengan kualitas dari rotan tersebut.
Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta diangkut. Rotan mempunyai
beberapa kriteria dari segi pengolahan, dari bahan mentah menjadi bahan yang
siap diolah menjadi produk furnitur.
1. Morfologi Rotan (Collombus Spp.)
1. Morfologi Rotan (Collombus Spp.)
HHBK ini dikenal sebagai
tanaman yang tumbuh merambat atau memanjat pada pohon – pohon besar sebagai
penopangnya. Hal ini disebabkan oleh adanya sulur pemanjat rotan yang muncul
dan tumbuh dari ruas-ruas batang tumbuhan ini dengan panjang yang bervariasi.
Beberapa rotan tidak memiliki sulur, namun memiliki duri-duri di sepanjang
batangnya yang membantu rotan untuk memanjat atau merambat. Batangnya sendiri
berbentuk bulat atau segitiga memanjang yang panjangnya dapat mencapai puluhan
meter. Panjang dan diameternya sangat bervariasi tergantung jenisnya. Batang
tumbuhan ini beruas-ruas dan dibatasi oleh buku-buku. Bagian batang tumbuhan
ini merupakan bagian yang paling sering dimanfaatkan dan bernilai ekonomi
tinggi.
Bedasarkan cara tumbuh
batangnya, tumbuhan ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu tumbuh
soliter/tunggal dan tumbuh berumpun. Tumbuhan yang tumbuh soliter hanya dipanen
satu kali dan tidak dapat beregenerasi kembali dari tunggul yang terpotong,
sedangkan yang tumbuh berumpun dapat beregenerasi kembali dan tumbuh terus
menerus. Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunas-tunas yang dihasilkan dari
kuncup ketiak pada bagian bawah batang.
HHBK ini dikenal sebagai tanaman yang tumbuh merambat atau
memanjat pada pohon – pohon besar sebagai penopangnya. Hal ini disebabkan oleh
adanya sulur pemanjat rotan yang muncul dan tumbuh dari ruas-ruas batang
tumbuhan ini dengan panjang yang bervariasi. Beberapa rotan tidak
memiliki sulur, namun memiliki duri-duri di sepanjang batangnya yang membantu
rotan untuk memanjat atau merambat. Batangnya sendiri berbentuk bulat atau
segitiga memanjang yang panjangnya dapat mencapai puluhan meter. Panjang dan
diameternya sangat bervariasi tergantung jenisnya. Batang tumbuhan ini
beruas-ruas dan dibatasi oleh buku-buku. Bagian batang tumbuhan ini merupakan
bagian yang paling sering dimanfaatkan dan bernilai ekonomi tinggi.
Bedasarkan cara tumbuh
batangnya, tumbuhan ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu tumbuh
soliter/tunggal dan tumbuh berumpun. Tumbuhan yang tumbuh soliter hanya dipanen
satu kali dan tidak dapat beregenerasi kembali dari tunggul yang terpotong,
sedangkan yang tumbuh berumpun dapat beregenerasi kembali dan tumbuh terus
menerus. Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunas-tunas yang dihasilkan dari
kuncup ketiak pada bagian bawah batang. Pada batang terdapat daun majemuk dan
pelepah daun yang tumbuh menutupi ruas-ruas batang. Panjang, lebar, dan bentuk
daun juga sangat bervariasi tergantung jenisnya. Seperti halnya dengan tumbuhan
lainnya, daunnya memiliki fungsi fotosintesis. Selain itu daunnya juga memiliki
duri-duri kecil sebagai bentuk pertahanan diri. Daun ini umumnya tumbuh
mengahadap ke dalam sebagai penguat mengaitkan batang pada tumbuhan penopangnya
atau inangnya.
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan
berbunga majemuk yang terbungkus oleh seludang. Bunga jantan dan bunga betina
pada umumnya berumah satu, namun terdapat beberapa jenis rotan yang bunganya
berumah dua. Pada jenis bunga yang berbunga dua, penyerbukan dibantu oleh
serangga ataupun angin. Bunganya memiliki ukuran yang relatif kecil dan
memiliki 3 putik pada bunga betina, sedangkan bunga jantan mempunyai 5 benang
sari. Tumbuhan ini juga memiliki buah yang berbentuk bulat, bulat oval, atau
lonjong. Buahnya memiliki sisik buah berbentuk trapesium dan tersusun secara
vertikal dari toksis buah. Sistem perakaran rotan berupa sistem perakaran
serabut. Warna akarnya juga bervariasi mulai dari putih keabu-abuan,
kekuning-kungan hingga kehitam-hitaman.
2. Manfaat Ekonomi Rotan
Cara mengolah rotan terdiri dari berbagai tahapan yang memiliki tujuan
khusus untuk masing-masing langkahnya. Meski demikian, keseluruhan metode yang
diterapkan tersebut pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk
rotan. Pasalnya, sebagai bahan baku yang digunakan dalam industri komersil,
rotan harus disediakan dalam kondisi berkualitas, baik itu sebagai produk
setengah jadi maupun produk jadi seperti kursi dan meja rotan. Berikut ini akan
dijelaskan tahapan dasar proses pengolahan rotan.
Batang rotan yang memiliki nama ilmiah Sp Daemoonorops draco ini sangat
berguna bagi manusia. Rotan yang jumlahnya sangat banyak dan mudah di olah
serta beratnya yang ringan, sering dijadikan pengganti kayu. Bahkan
kecenderungan kini orang-orang lebih memilih rotan daripada kayu pada umumnya.
Lalu, Apa saja manfaat dari batang rotan ini?
1.
Sebagai bahan baku mebel
Kelebihan rotan
dibanding kayu, yang mana rotan lebih kuat, ringan, mudah dibentuk karena
elastis, dan juga sangat murah membuatnya di gunakan sebagai bahan utama mebel.
Penggunaan rotan bisa di jadikan meja, kursi, rak buku, serta lemari hias.
Namun sayangnya rotan mudah di serang kutu bubuk.
2.
Untuk pembuatan senjata
Rotan bisa juga di gunakan
menjadi tongkat penyangga hingga fungsi senjata. Ada beberapa daerah di Asia
bahkan menggunakan rotan sebagai pemukul untuk hukuman cambuk bagi pelaku
kejahatan. Selain itu di Indonesia juga ada beberapa perguruan bela diri yang
menggunakan rotan sebagai senjatanya.
3.
Rotan sebagai pengganti sayuran
Uniknya batang rotan
bisa juga di gunakan sebagai sayuran yang melengkapi makanan sehari-sehari
bersama nasi dan lauk pauk. Hal itu yang dilakukan oleh Suku Dayak di
kalimantan Tengah, Mereka menjadikan rotan sebagai sayuran untuk dimakan. Tentu
rotan yang di dapat, di bersihkan dahulu dari duri-duri yang menempel. Sifat
elastis rotan membuatnya cukup renyah di lidah.
4.
Pucuk rotan sebagai bumbu masakan
Selain batang rotan
dan daunnya yang bisa dijadikan sayuran. Pucuk batang rotan atau yang disebut
umbut juga dapat dijadikan sebagai bumbu penyedap masakan. Rasa sepat yang
dimiliki batang rotan memberikan selera tersendiri pada masakan. Kurang lebih
ada 9 jenis rotan, yang pucuknya bisa dijadikan sebagai bumbu masakan.
5.
Getah rotan dijadikan meni
Rotan juga bisa digunakan untuk melapisi kayu-kayu agar nampak artistik dan
mengkilap. Getah rotan yang dikenal sebagai dragon’s blood yang artinya darah
naga ini di gunakan untuk melapisi kayu-kayu artistik. Pemanfaat getah menjadi
meni ini juga di gunakan untuk melapisi gitar, dan biola.
6.
Pembuatan bola sepak takraw
Tahukah Anda bahwa
bola yang digunakan untuk olahraga sepak takraw di buat dari rotan. Bola sepak
takraw memang sangat kuat dan lentur bukan. Sifat itulah yang dimiliki oleh
batang rotan. Untuk dapat di bentuk menjadi bola sepak takraw, rotan perlu
melalui proses yang panjang. Mulai dari proses pengeringan batang kayu, hingga
pelurusan agar rotan bisa di bentuk sedemikian rupa.
7.
Bahan baku kerajinan tangan
Rotan ketika di ambil dari hutan alami atau budidaya perlu melewati proses
pengolahan yang cukup panjang. Dimulai dari proses penggorengan kayu rotan,
pengeringan, pelurusan kayu, pemutihan , hingga pengawetan kayu. Kesemuanya
dilakukan agar rotan bisa di gunakan untuk bahan baku seperti kerajinan tangan
yang membutuhkan bahan yang kuat dan elastis. Selain itu, bahan rotan yang
tahan lama karena bersahabat dengan zat-zat pengawet membuatnya digemari para
pengerajin untuk di jadikan sebuah hasil karya kerajinan tangan.
Banyak hasil karya
kerajinan tangan yang bisa di buat. Mulai dari aneka macam keranjang, hiasan
dinding, ornamen-ornamen rotan untuk menghiasi rumah, pemukul debu kasur, vas
bunga, pot gantung, dll. Banyak sekali karya kerajinan tangan yang akan di buat
seiring meningkatnya daya kreatifitas dan di tunjang dengan ketersediaan batang
rotan yang melimpah di negeri ini.
8.
Kontruksi atap untuk rumah kayu
Rotan sangat elastis
dan kuat. Pemberian zat pengawet yang tepat akan membuat kualitas rotan jadi
lebih tahan lama. Bagi dunia arsitektur, rumah sangat baik digunakan untuk
dijadikan kontruksi atap pada bangunan rumah kayu yang di desain artistik.
Umumnya rotan akan dikombinasikan dengan kayu-kayu seperti jati, pinus dan juga
bambu. Jika Anda suka hiking
tentu mengenal peralatan pendakian berupa tongkat. Ya, tongkat yang digunakan
untuk proses pendakian di buat dari rotan. Selain untuk para pendaki, ada juga
penggunaannya untuk tongkat olahraga lainnya. Beberapa tongkat ski ada juga yang
terbuat dari rotan.
Erwinsyah. (1999). Kebijakan
Pemerintah dan Pengaruhnya Terhadap Pengusaha Rotan di Indonesia.
Januminro. (2005). Rotan Indonesia,
Potensi Budi Daya Pemungutan, Pengolahan, Standar Mutu dan Prospek Pengusahaan.
Kanisius. Yogjakarta.
Januminro. (2009). Keindahan Rotan
Indonesia, Cara Mudah Membuat Anyaman dan Meubel Rotan. Kanisius. Yogjakarta.