Minggu, 27 Oktober 2019


Tugas Penilaian Hutan                                                                                          Medan,  Oktober 2019
ROTAN (Callamus Spp.)
Dosen Penanggungjawab:
Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.si.

Disusun :
Yulyus Octobrian Manurung
171201222
MNH 5









PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019


ROTAN (callamus Spp.)

Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga Salacca ( misalnya salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta yang tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai tumbuhan rotan.

Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2–5 cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya. Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh. Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, karena orang lebih suka memanen rotan daripada kayu.

Tumbuhan Rotan
Klasifikasi ilmiah
Kingdom:Plantae
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Liliopsida
Ordo:Arecales
Famili:Arecaceae
Subfamili:Lepidocaryoideae
Bangsa:Calameae

Keanekaragaman jenis rotan adalah ukuran yang menyatakan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah dan kelimpahan dari masing masing jenis (Baso, 2010). Diperkirakan lebih dari 516 jenis rotan terdapat di Asia Tenggara, yang berasal dari 8 genera, yaitu untuk genus Calamus 333 jenis, Daemonorops 122 jenis, Khorthalsia 30 jenis, Plectocomia 10 jenis, Plectocomiopsis 10 jenis, Calopspatha 2 jenis, Bejaudia 1 jenis dan Ceratolobus 6 jenis. Dari 8 genera tersebut dua genera rotan yang bernilai ekonomi tinggi adalah Calamus dan Daemonorops (Herliyana, 2009). Pengelompokan jenis-jenis rotan lazimnya didasarkan atas persamaan ciri yang dimiliki setiap jenis. Penentuan jenis rotan dapat melalui identifikasi berdasarkan karakter morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan (Telu, 2006). Produksi rotan dunia 85% berasal dari Indonesia, sehingga tidak berlebihan apabila kita kampanyekan "The Real Rattan is Indonesia" dan membawa atau mengusulkan rotan sebagai warisan dunia kepada UNESCO (Pribadi, 2012). Khusus di Sulawesi, rotan banyak ditemukan di Kendari, Kolaka, Tawuti, Donggala, Poso, Buol Toli-toli, Gorontalo, Palopo, Buton dan Pegunungan Latimojong.

Rotan yang sudah dipanen
Dataran rendah maupun agak tinggi, terutama di daerah yang lembab seperti pinggiran sungai. Hampir seluruh bagian rotan dapat digunakan baik sebagai konstruksi kursi, pengikat, maupun komponen desainnya. Sifat fisik rotan merupakan sifat khas yang dimiliki oleh suatu jenis rotan secara alamiah. Sebagai bahan alami, rotan sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat Indonesia dan dapat digunakan dalam berbagai keperluan hidup sehari-hari. Rotan dapat berbatang tunggal (soliter) atau berumpun. Rotan yang tumbuh soliter hanya dipanen sekali dan tidak beregenerasi dari tunggul yang terpotong, sedangkan rotan yang tumbuh berumpun dapat dipanen terus-menerus. Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunastunas yang dihasilkan dari kuncup ketiak pada bagian bawah batang. Kuncup-kuncup tersebut berkembang sebagai rimpang pendek yang kemudian tumbuh menjadi batang di atas permukaan tanah. Keadaan kulit batang atau permukaan rotan tersebut merupakan tampilan yang pertama kali dapat dilihat kasat mata, selain itu keberadaan penampakan luar tersebut memungkinkan adanya hubungan dengan kualitas dari rotan tersebut. Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta diangkut. Rotan mempunyai beberapa kriteria dari segi pengolahan, dari bahan mentah menjadi bahan yang siap diolah menjadi produk furnitur.

1. Morfologi Rotan (Collombus Spp.)


HHBK ini dikenal sebagai tanaman yang tumbuh merambat atau memanjat pada pohon – pohon besar sebagai penopangnya. Hal ini disebabkan oleh adanya sulur pemanjat rotan yang muncul dan tumbuh dari ruas-ruas batang tumbuhan ini dengan panjang yang bervariasi.  Beberapa rotan tidak memiliki sulur, namun memiliki duri-duri di sepanjang batangnya yang membantu rotan untuk memanjat atau merambat. Batangnya sendiri berbentuk bulat atau segitiga memanjang yang panjangnya dapat mencapai puluhan meter. Panjang dan diameternya sangat bervariasi tergantung jenisnya. Batang tumbuhan ini beruas-ruas dan dibatasi oleh buku-buku. Bagian batang tumbuhan ini merupakan bagian yang paling sering dimanfaatkan dan bernilai ekonomi tinggi.
Bedasarkan cara tumbuh batangnya, tumbuhan ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu tumbuh soliter/tunggal dan tumbuh berumpun. Tumbuhan yang tumbuh soliter hanya dipanen satu kali dan tidak dapat beregenerasi kembali dari tunggul yang terpotong, sedangkan yang tumbuh berumpun dapat beregenerasi kembali dan tumbuh terus menerus. Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunas-tunas yang dihasilkan dari kuncup ketiak pada bagian bawah batang.
Pada batang terdapat daun majemuk dan pelepah daun yang tumbuh menutupi ruas-ruas batang. Panjang, lebar, dan bentuk daun juga sangat bervariasi tergantung jenisnya. Seperti halnya dengan tumbuhan lainnya, daunnya memiliki fungsi fotosintesis. Selain itu daunnya juga memiliki duri-duri kecil sebagai bentuk pertahanan diri. Daun ini umumnya tumbuh mengahadap ke dalam sebagai penguat mengaitkan batang pada tumbuhan penopangnya atau inangnya. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan berbunga majemuk yang terbungkus oleh seludang. Bunga jantan dan bunga betina pada umumnya berumah satu, namun terdapat beberapa jenis rotan yang bunganya berumah dua. Pada jenis bunga yang berbunga dua, penyerbukan dibantu oleh serangga ataupun angin. Bunganya memiliki ukuran yang relatif kecil dan memiliki 3 putik pada bunga betina, sedangkan bunga jantan mempunyai 5 benang sari. Tumbuhan ini juga memiliki buah yang berbentuk bulat, bulat oval, atau lonjong. Buahnya memiliki sisik buah berbentuk trapesium dan tersusun secara vertikal dari toksis buah. Sistem perakaran rotan berupa sistem perakaran serabut. Warna akarnya juga bervariasi mulai dari putih keabu-abuan, kekuning-kungan hingga kehitam-hitaman.
HHBK ini dikenal sebagai tanaman yang tumbuh merambat atau memanjat pada pohon – pohon besar sebagai penopangnya. Hal ini disebabkan oleh adanya sulur pemanjat rotan yang muncul dan tumbuh dari ruas-ruas batang tumbuhan ini dengan panjang yang bervariasi.  Beberapa rotan tidak memiliki sulur, namun memiliki duri-duri di sepanjang batangnya yang membantu rotan untuk memanjat atau merambat. Batangnya sendiri berbentuk bulat atau segitiga memanjang yang panjangnya dapat mencapai puluhan meter. Panjang dan diameternya sangat bervariasi tergantung jenisnya. Batang tumbuhan ini beruas-ruas dan dibatasi oleh buku-buku. Bagian batang tumbuhan ini merupakan bagian yang paling sering dimanfaatkan dan bernilai ekonomi tinggi.
Bedasarkan cara tumbuh batangnya, tumbuhan ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu tumbuh soliter/tunggal dan tumbuh berumpun. Tumbuhan yang tumbuh soliter hanya dipanen satu kali dan tidak dapat beregenerasi kembali dari tunggul yang terpotong, sedangkan yang tumbuh berumpun dapat beregenerasi kembali dan tumbuh terus menerus. Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunas-tunas yang dihasilkan dari kuncup ketiak pada bagian bawah batang. Pada batang terdapat daun majemuk dan pelepah daun yang tumbuh menutupi ruas-ruas batang. Panjang, lebar, dan bentuk daun juga sangat bervariasi tergantung jenisnya. Seperti halnya dengan tumbuhan lainnya, daunnya memiliki fungsi fotosintesis. Selain itu daunnya juga memiliki duri-duri kecil sebagai bentuk pertahanan diri. Daun ini umumnya tumbuh mengahadap ke dalam sebagai penguat mengaitkan batang pada tumbuhan penopangnya atau inangnya.
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan berbunga majemuk yang terbungkus oleh seludang. Bunga jantan dan bunga betina pada umumnya berumah satu, namun terdapat beberapa jenis rotan yang bunganya berumah dua. Pada jenis bunga yang berbunga dua, penyerbukan dibantu oleh serangga ataupun angin. Bunganya memiliki ukuran yang relatif kecil dan memiliki 3 putik pada bunga betina, sedangkan bunga jantan mempunyai 5 benang sari. Tumbuhan ini juga memiliki buah yang berbentuk bulat, bulat oval, atau lonjong. Buahnya memiliki sisik buah berbentuk trapesium dan tersusun secara vertikal dari toksis buah. Sistem perakaran rotan berupa sistem perakaran serabut. Warna akarnya juga bervariasi mulai dari putih keabu-abuan, kekuning-kungan hingga kehitam-hitaman.
2. Manfaat Ekonomi Rotan
             Cara mengolah rotan terdiri dari berbagai tahapan yang memiliki tujuan khusus untuk masing-masing langkahnya. Meski demikian, keseluruhan metode yang diterapkan tersebut pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk rotan. Pasalnya, sebagai bahan baku yang digunakan dalam industri komersil, rotan harus disediakan dalam kondisi berkualitas, baik itu sebagai produk setengah jadi maupun produk jadi seperti kursi dan meja rotan. Berikut ini akan dijelaskan tahapan dasar proses pengolahan rotan.
Batang rotan yang memiliki nama ilmiah Sp Daemoonorops draco ini sangat berguna bagi manusia. Rotan yang jumlahnya sangat banyak dan mudah di olah serta beratnya yang ringan, sering dijadikan pengganti kayu. Bahkan kecenderungan kini orang-orang lebih memilih rotan daripada kayu pada umumnya. Lalu, Apa saja manfaat dari batang rotan ini?
1.                  Sebagai bahan baku mebel
Kelebihan rotan dibanding kayu, yang mana rotan lebih kuat, ringan, mudah dibentuk karena elastis, dan juga sangat murah membuatnya di gunakan sebagai bahan utama mebel. Penggunaan rotan bisa di jadikan meja, kursi, rak buku, serta lemari hias. Namun sayangnya rotan mudah di serang kutu bubuk.
2.                   Untuk pembuatan senjata
Rotan bisa juga di gunakan menjadi tongkat penyangga hingga fungsi senjata. Ada beberapa daerah di Asia bahkan menggunakan rotan sebagai pemukul untuk hukuman cambuk bagi pelaku kejahatan. Selain itu di Indonesia juga ada beberapa perguruan bela diri yang menggunakan rotan sebagai senjatanya.
3.                   Rotan sebagai pengganti sayuran
Uniknya batang rotan bisa juga di gunakan sebagai sayuran yang melengkapi makanan sehari-sehari bersama nasi dan lauk pauk. Hal itu yang dilakukan oleh Suku Dayak di kalimantan Tengah, Mereka menjadikan rotan sebagai sayuran untuk dimakan. Tentu rotan yang di dapat, di bersihkan dahulu dari duri-duri yang menempel. Sifat elastis rotan membuatnya cukup renyah di lidah.
4.                   Pucuk rotan sebagai bumbu masakan
Selain batang rotan dan daunnya yang bisa dijadikan sayuran. Pucuk batang rotan atau yang disebut umbut juga dapat dijadikan sebagai bumbu penyedap masakan. Rasa sepat yang dimiliki batang rotan memberikan selera tersendiri pada masakan. Kurang lebih ada 9 jenis rotan, yang pucuknya bisa dijadikan sebagai bumbu masakan.
5.                   Getah rotan dijadikan meni
Rotan juga bisa digunakan untuk melapisi kayu-kayu agar nampak artistik dan mengkilap. Getah rotan yang dikenal sebagai dragon’s blood yang artinya darah naga ini di gunakan untuk melapisi kayu-kayu artistik. Pemanfaat getah menjadi meni ini juga di gunakan untuk melapisi gitar, dan biola.
6.                   Pembuatan bola sepak takraw
Tahukah Anda bahwa bola yang digunakan untuk olahraga sepak takraw di buat dari rotan. Bola sepak takraw memang sangat kuat dan lentur bukan. Sifat itulah yang dimiliki oleh batang rotan. Untuk dapat di bentuk menjadi bola sepak takraw, rotan perlu melalui proses yang panjang. Mulai dari proses pengeringan batang kayu, hingga pelurusan agar rotan bisa di bentuk sedemikian rupa.
7.                   Bahan baku kerajinan tangan
Rotan ketika di ambil dari hutan alami atau budidaya perlu melewati proses pengolahan yang cukup panjang. Dimulai dari proses penggorengan kayu rotan, pengeringan, pelurusan kayu, pemutihan , hingga pengawetan kayu. Kesemuanya dilakukan agar rotan bisa di gunakan untuk bahan baku seperti kerajinan tangan yang membutuhkan bahan yang kuat dan elastis. Selain itu, bahan rotan yang tahan lama karena bersahabat dengan zat-zat pengawet membuatnya digemari para pengerajin untuk di jadikan sebuah hasil karya kerajinan tangan.
Banyak hasil karya kerajinan tangan yang bisa di buat. Mulai dari aneka macam keranjang, hiasan dinding, ornamen-ornamen rotan untuk menghiasi rumah, pemukul debu kasur, vas bunga, pot gantung, dll. Banyak sekali karya kerajinan tangan yang akan di buat seiring meningkatnya daya kreatifitas dan di tunjang dengan ketersediaan batang rotan yang melimpah di negeri ini.
8.                   Kontruksi atap untuk rumah kayu
Rotan sangat elastis dan kuat. Pemberian zat pengawet yang tepat akan membuat kualitas rotan jadi lebih tahan lama. Bagi dunia arsitektur, rumah sangat baik digunakan untuk dijadikan kontruksi atap pada bangunan rumah kayu yang di desain artistik. Umumnya rotan akan dikombinasikan dengan kayu-kayu seperti jati, pinus dan juga bambu. Jika Anda suka hiking tentu mengenal peralatan pendakian berupa tongkat. Ya, tongkat yang digunakan untuk proses pendakian di buat dari rotan. Selain untuk para pendaki, ada juga penggunaannya untuk tongkat olahraga lainnya. Beberapa tongkat ski ada juga yang terbuat dari rotan.

DAFTAR PUSTAKA

Erwinsyah. (1999). Kebijakan Pemerintah dan Pengaruhnya Terhadap Pengusaha Rotan di Indonesia.

Januminro. (2005). Rotan Indonesia, Potensi Budi Daya Pemungutan, Pengolahan, Standar Mutu dan Prospek Pengusahaan. Kanisius. Yogjakarta.

Januminro. (2009). Keindahan Rotan Indonesia, Cara Mudah Membuat Anyaman dan Meubel Rotan. Kanisius. Yogjakarta.

Selasa, 01 Oktober 2019


Paper Sosiologi Kehutanan                                                          Medan, 02 Oktober 2019

 SOSIAL BUDAYA KABUPATEN DAIRI

Dosen Penanggungjawab:
Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.si.

Disusun :
Yulyus Octobrian Manurung  171201222
MNH 5








                                                                             






 








PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019




KATA PENGANTAR

            Puji syukur sya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, serta karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk paper, tanpa suatu halangan yang amat berarti hingga saya dapat menyelesaikan paper ini dengan baik.
            Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telas berpartisipasi dalam pembuatan paper ini, dan kepada Dosen mata kuliah Sosiologi Kehutanan Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si. Tugas paper yang diberi judul “Budaya Sosial Kabupaten Dairi’. Diharapkan paper ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
            Demikian yang dapat kami sampaikan, apabila ada kata didalam paper ini yang kurang berekenan kami mohon maaf. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan paper ini. Semoga paper ini bermamfaat bagi pembaca sekalian.








Medan, 02 Oktober 2019


                         penulis





PENDAHULUAN
Kabupaten Dairi adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatra UtaraIndonesia. Ibu kotanya ialah Sidikalang. Kabupaten ini kemudian dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi sebagai kabupaten induk dan Kabupaten Pakpak Bharat dengan dasar hukum Undang Undang Nomor 9 Tahu 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan yang dikeluarkan pada tanggal 25 Februari 2003

Kabupaten Dairi
Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari 33 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatra Utara dengan luas wilayah 192.780 hektare, yaitu sekitar 2,69% dari luas Provinsi Sumatra Utara (7.160.000 hektare) yang terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatra Utara. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 s.d. 1.250 m di atas permukaan laut, dengan 15 kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Dairi akhir tahun 2004 adalah sebanyak 271.521 jiwa dengan banyaknya rumah tangga sebesar 59.197. Penyebaran penduduk tersebut tidak merata di 14 kecamatan definitif.
Pada Masa Agresi 1 Berdasarkan surat Residen Tapanuli Nomor 1256 tanggal 12 September 1947, maka ditetapkanlah PAULUS MANURUNG sebagai Kepala Daerah Tk. II pertama di Kabupaten Dairi yang berkedudukan di Sidikalang, terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1947 (catatan: hari bersejarah ini berdasarkan kesepakatan pemerintah dan masyarakat kelak dikukuhkan sebagai hari jadi Kabupaten Dairi, melalui Keputusan DPRD Kab. Dati II Dairi Nomor 4/K-DPRD/1997 tanggal 26 April 1977) Dengan demikian, PAULUS MANURUNG (HATIAN PAULUS MANURUNG), seorang Ahli Hukum dari Medan, Ketua Pengadilan Tebing Tinggi, Pendidik, merupakan Bupati Pertama Kabupaten Dairi.
Taman Wisata Iman Sitinjo, Kabupaten Dairi
Pada Masa Sesudah Tahun 1960: Kabupaten Dairi didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Dairi, selanjutnya wilayahnya ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 15  1964 tentang Wilayah Kecamatan di Kabupaten Dairi, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Penjabat Bupati Kepala Daerah Dairi pertama ditetapkan Rambio Muda Aritonang yang bertugas mempersiapkan pembentukan DPRD Dairi sert pemilihan Bupati definitif. Pada kesempatan pertama Bupati Kepala Daerah Dairi terpilidengan suara terbanyak adalah MAYOR RAJA NEMBAH MAHA pada tanggal 2 Mei1964. Sejak tahun 1999 sampai dengan 2009 Kabupaten Dairi dipimpin oleh Bupati Dr. MASTER PARULIAN TUMANGGER dan pada akhirnya digantikan oleh wakilnya, Kanjeng Raden Adipati (KRA) Johnny Sitohang Adinegoro. Kanjeng Raden Adipati (KRA) Johnny Sitohang Adinegoro dan Irwansyah Pasi, S.H. menjadi Bupati dan Wakil Bupati Dairi periode 2009-2014.

TUJUAN
1     1.      Untuk mengetahui interaksi sosial yang terjadi di kabupaten dairi.
2     2.      Untuk mengetahui struktur sosial yang terjadi di kabupaten dairi.
3     3.      Untuk mengetahui kelompok sosial yang terjadi di kabupaten dairi.
4     4.      Untuk mengetahui nilai/norma sosial yang ada di kabupaten dairi.
5     5.      Untuk mengetahui pembukaan sosial yang terjadi di kabupaten dairi.
6     6.      Untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi di kabupaten dairi.
                                              
 HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Interaksi Sosial
Waktu menunjukkan pukul 22.30 WIB. Gemerlap cahaya lampu warna-warni dari panggung masih menghidupkan suasana lapangan dermaga Pelabuhan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Sabtu (10/9/2016) malam itu, berbagai budaya tradisional khas Batak menjadi pertunjukan yang menghibur warga lokal maupun wisatawan. Meski sudah cukup larut malam, animo masyarakat masih sangat terasa. Tak hanya dewasa, anak-anak dan remaja pun turut menonton atraksi budaya yang ditampilkan dalam Festival Danau Toba (FDT) 2016 itu. Ada yang duduk di lapangan, berdiri, juga turut berjoget mengikuti alunan musik tradisional yang dimainkan. 

Salah satu kabupaten di kawasan Danau Toba yang turut memeriahkan festival yakni Kabupaten Dairi. Keseluruhan ada 28 orang yang menari dan memainkan musik dari sanggar binaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Dairi. Siswati menjelaskan bertani padi dan kopi sidikalang merupakan mata pencaharian utama warga Kabupaten Dairi. Oleh karena itu Tarian Merjuma yang berarti bertani menjadi salah satu kebudayaan kabupaten tersebut. Hal yang menjadi ciri khas Tari Merjuma adalah kaki yang dijinjit.

Struktur Sosial 


Hasil penelitian yang ditemukan adalah sastra lisan “huta silahisabungan”, yang direkam dari tiga orang narasumber, yakni Efendi Situngkir (56 tahun), Diana Sidabariba (54 tahun) dan satu masyarakat, yang bernama Raniyam Sinabariba (89 tahun) dan juga struktur tema dan penokohan dalam sastra lisan “huta silahisabungan”. Analisis sastra lisan “huta silahisabungan” bertujuan untuk mendapatkan susunan nilai-nilai budaya yang terdapat di dalam cerita, sehingga akan diperoleh nilai budaya Batak Toba apa saja yang muncul dari cerita tersebut dan juga diperolehnya struktur tema dan penokohan dalam cerita. Adapun struktur tema dan penokohan dalam sastra lisan “huta silahisabungan” yakni: tema dalam sastra lisan “huta silahisabungan” ialah menceritakan tentang perjalanan Raja Silahisabungan dalam membangun huta Silahisabungan (kampung) dan semua keturunannya akan selalu dihormati sepanjang perjalanan masa. Tokoh atau penokohan terbagi dua yaitu, tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya sastra yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang kehadirannya hanya ada jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung.

 Dalam cerita lisan huta silahisabungan terdapat banyak tokoh. Selain tokoh utama, juga terdapat banyak tokoh bawahan yang kehadirannya sangat diperlukan untuk membentuk kepaduan dan keutuhan cerita. Namun, dalam bagian ini beberapa tokoh penting saja yang dibicarakan antara lain: (1) Raja Silahisabungan, merupakan suami dari Pinta Haomasan boru Baso Nabolon yang mana sebagai upahnya membantu Sorbadijulu mengusir musuhnya marga Lontung. Raja Silahisabungan dan Pinta Haomasan boru Baso Nabolon tinggal di huta Tolping. Perkawinan mereka ini melahirkan seorang anak yang diberi nama Silalahi. Raja Silahisabungan adalah seorang tokoh yang sakti, sanggup mengusir bala atau penyakit, pintar dan sabungan (tangkas) di hata (bicara). (2) Pinggan Matio boru Padang Batanghari adalah istri Raja Silahisabungan saat beliau berada di Silalahi Nabolak. Dari perkawinan ini, Pinggan Matio boru Padang Batanghari melahirkan 7 orang putra dan seorang putri masing-masing diberi nama Sihaloho, Situngkir, Sondiraja, Sidebang, Sinabutar, Sinabariba, dan Pintubatu sedangkan putrinya bernama Deang Namora. (3) Siboru Nailing boru Nairasaon adalah istri Raja Silahsiabungan saat beliau bertanding ilmu di Sibisa Uluan. Dari perkawinan ini, Siboru Nailing boru Nairasaon melahirkan seorang putra yang bernama si Raja Tambun.  

                                                                                                                                         Kelompok Sosial 
Paguyuban didefinisikan sebagai perkumpulan yang bersifat kekeluargaan , didirikan orang orang sepaham (sedarah) untuk membina persatuan (kerukunan) diantara para anggotanya. Paguyuban merupakan salah satu bentuk dari klasifikasi kelompok sosial. Pengelompokkan dari paguyuban (gemeinschaft) didasarkan atas rasa ikatan batin yang telah terbentuk sejak lama dan bergantung pada interaksi antar individu yang bersifat primer. 
Orang-orang yang tergabung dalam suatu paguyuban mempunyai ciri pokok yaitu hubungan menyeluruh yang cukup erat, hubungan yang bersifat pribadi dan hubungan yang hanya dikhususkan bagi para anggotanya dan tidak kepada orang lain yang bukan anggotanya.Secara umum, didalam masyarakat terdapat beberapa jenis Paguyuban dalam masyarakat, yaitu paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood) interaksi yang terbentuk karena adanya ikatan darah (Gemeinschaft by blood) dari para anggota-anggotanya. 
Paguyuban jenis lainnya adalah paguyuban yang terbentuk karena tempat (Gemeinschaft by place), kelompok paguyuban ini terbentuk karena tempat berdasarkan keberadaan lokalitas atau lokasi yang sama. Jenis paguyuban yang lainnya adalah karena ideologi (Gemeinschaft of mind), kelompok paguyuban ini terbentuk karena ideologi didasarkan atas kesamaan ideologi atau pemahaman yang dimiliki oleh para anggotanya.
                                                                                                                                                         Nilai/norma Sosial 
Budaya Batak, khususnya Budaya Batak Toba adalah budaya yang unik, setidaknya itu tergambar dari Keluhuran Budaya Batak Toba yang tidak kalah levelnya dengan budaya bangsa manapun di atas jagat raya ini. Oleh karena itu sudah seharusnya di era kekinian penulis harus kembali mencoba untuk melestarikan adat-budaya sebagai wahana untuk membangun karakter, jati diri bangsa melalui penggalian nilai-nilai luhur budaya sebagai bagian dari Mahakarya Indonesia yang tidak hilang ditelan oleh jaman.
Adat – budaya adalah elemen dasar pembangunan karakter bangsa (national character building) sehingga upaya-upaya pelestarian serta pengembangan nilai-nilai luhur adat – istiadat dan budaya merupakan keharusan dilaksanakan agar nilai-nilai luhur tersebut bisa dipertahankan, dilestarikan serta dikembangkan sebagai jati diri masyarakat dan bangsa Indonesia. Sebab, seiring dengan perkembangan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maka Mahakarya Indonesia yang tergambar dari beragam-ragam Adat – budaya, khususnya adat – budaya lokal sudah mulai pudar dilestarikan dan dikembangkan karena pengaruh dari budaya asing (Westernisasi) yang merasuki generasi muda bangsa Indonesia.
                                                                                                                                     Pembukaan Sosial 
              Sistem kepercayaan yang pertamakali muncul pada orang Batak Toba adalah sitolu sada (tiga dalam satu) sebagai konsepsi ketuhanan dan kosmos dalam Parmalim, aliran kepercayaan tradisional Batak Toba (Bonus Matra, 1994). Dalam konsepsi tentang kosmos dikenal dengan istilah “banua na tolu” atau alam yang tiga”, yaitu banua ginjang (dunia atas), banua tonga (alam tengah), dan banua toru (alam bawah). Secara alamiah setiap manusia akan melewati tiga tahapan alam. Sebelum lahir ke dunia nyata jiwa manusia terlebih dahulu berada di banua toru, alam bawah, rahim ibunya. Setelah batas umur tertentu dalam rahim ibunya baru dapat memasuki tahapan alam kedua, yaitu dunia fana, banua tonga. Ketika ada perpisahan antara jiwa dengan raga dalam diri manusia, maka jiwa (tondi/hosa) memasuki alam tahap akhir yang disebut banua ginjang, alam akhirat, dunia abadi.
              Pemikiran tradisional tentang kosmos kemudian dikembangkan untuk mengkonsepsikan masalah ketuhanan yang dikenal dengan konsep “debata na tolu”, Tuhan Nan Tiga, sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa (Mulajadi na Bolon) (Sumardjo, 2002 : 138-140) memiliki kekuasaan mencipta, menghukum, dan mengadili manusia yang telah menjalani kehidupan dalam kosepsi banua na tolu. Sebagai pencipta, pemberi berkah, dan pemberi keadilan di hari kiamat, disebut Batara Guru/Tuan Batara Guru/Mulajadi na Bolon yang mengusai alam atau dunia atas. Penguasa dunia tengah adalah Batara Sori/patuan Harajaon Sori/Silaon na Bolon yang bertugas memberikan kutukan kepada manusia yang berdosa. Dan penguasa dunia/alam bawah adalah Patuan Bala Bulan/Bela Bulan/ Pane na Bolon bertugas mengusai makhluk halus dan dunia pedukuna (Bangun, 1982 :113-114; Bonus Matra 1994 : 4; Simanjuntak, 2001 : 164-165).

Perubahan Sosial

         Dairi merupakan salah satu tempat atau komunitas yang mempertahankan kearifan adat lokalnya sendiri. Dairi memiliki berbagi suku dan adat budaya yang beraneka ragam salah satunya adat pakpak yang merupakan suku pertama yang menempati dairi akan tetapi seiring berjalannya waktu muncul beberapa suku lainnya seperti suku batak toba dan batak karo. namu Dairi tetap mempertahankan adat pakpak sebagai suku utama atau wajah di kabupaten Dairi.

         

  



Rabu, 10 April 2019


KLASIFIKASI DAN JENIS
 “MANFAAT SUMBER DAYA HUTAN”
1.      Pengertian Hutan
       Hasil gambar untuk Hutan

Hutan adalah salah satu ekosistem yang sangat penting bagi bumi ini. Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini adalah implikasi dari adanya deforestasi dan degradasi hutan. Lantas apakah Anda mengetahui sebenarnya pengertian hutan itu apa? Bagaimana batasan-batasan suatu lahan itu disebut hutan? Silakan simak tulisan berikut. Pengertian hutan sangat beragam, bergantung pada sudut pandang kita mendefinisikan hutan.
1.1  Pengertian Hutan Berdasarkan Penekanan pada Konsep Ekologi
           Menurut Sharma (1992), “Forest is a plant community predominantly of trees and other             woody vegetation, growing more or less closely together.” “Hutan adalah suatu komunitas               tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohon atau tumbuhan berkayu lain, tumbuh secara                    bersama-sama dan cukup rapat.”
Pengertian berbeda dan lebih rinci disampaikan oleh Helms (1998), “Forest in an ecosystem characterized by a more or less dense and extensive tree cover, often consisting of stands varying in characteristics such as species composition, structure, age class, and associated processes, and commonly including meadows, stream, fish, and wildlife. Forest include special kinds such as: industrial forests, non industrial private forests, plantations, public forests, protection forests, and urban forests.”
“Hutan adalah ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon-pohon yang cukup rapat dan luas, seringkali terdiri atas tegakan-tegakan yang beranekaragam sifat, seperti komposisi jenis, struktur, kelas umur, dan proses-proses yang berhubungan; pada umumnya mencakup: padang rumput, sungai, ikan, dan satwa liar. Hutan mencakup pula bentuk khusus, seperti hutan industri, hutan milik non-industri, hutan tanaman, hutan publik, hutan lindung, dan hutan kota.” Berdasarkan Departemen Kehutanan pada tahun 1989, hutan adalah suatu ekosistem yang bercirikan liputan pohon yang cukup luas, baik yang lebat atau kurang lebat.
1.2    Pengertian Hutan untuk Tujuan Kegiatan Tertentu
Untuk tujuan inventarisasi hutan yang dilakukan oleh FAO pada tahun 1958 (Loetsch dan Haller 1964), “Forest are all lands bearing a vegetative association dominate by trees of any size, exploited or not, capable of producing wood or other products, of exerting an influence on the climate or on the water regime, or providing shelter for life-stocks and wildlife.”
“Hutan adalah seluruh lahan yang berhubungan dengan masyarakat tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohon dari berbagai ukuran, dieksploitasi atau tidak, dapat menghasilkan kayu atau hasil-hasil hutan lainnya, dapat memberikan pengaruh terhadap iklim atau siklus air, atau menyediakan perlindungan untuk ternak dan satwa liar.” Pengertian lain pun timbul dari FAO melalui program The Global Forest Resources Assessment (FRA) (FAO 2010), “Land spanning more than 0,5 hectares with trees higher than 5 meters and a canopy cover of more than 10 percent, or tree able to reach these thersholds in situ. It does not include land that is predominantly under agricultural or uraban land use.”
“Hutan adalah suatu hamparan lahan dengan luas lebih dari 0,5 hektar yang ditumbuhi oleh pepohonan dengan tinggi lebih dari 5 meter dan dengan penutupan tajuk lebih dari 10% atau ditumbuhi oleh pohon-pohon yang secara alami (asli) tumbuh di tempat itu dengan tinggi pohon dapat mencapai lebih dari 5 meter. Lahan yang penggunaannya didominasi oleh tanaman pertanian atau lahan untuk perkotaan tidak termasuk kategori hutan.”
Tujuan yang lain adalah untuk pengelolaan hutan dengan tujuan menghasilkan kayu. Terdapat dua orang ahli kehutanan yang mendefinisikankan pengertian hutan berdasarkan tujuan ini. Forest is a set of land parcels which has or could have tree vegetation and is managed as a whole to achieve tree-related owner objective (synonyms: ownership, management unit, planning unit) ( Davis dan Johnson 1987).
Hutan adalah suatu kumpulan bidang-bidang lahan yang ditumbuhi (memiliki) atau akan ditumbuhi tumbuhan pohon dan dikelola sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan pemilik lahan berupa kayu atau hasil-hasil lain yang berhubungan (persamaan kata untuk hutan adalah kesatuan kepemilikan, kesatuan pengelolaan, kesatuan perencanaan) (Davis dan Johnson 1987). Hutan adalah suatu bidang lahan yang tertutupi oleh pohon-pohon yang dapat membentuk keadaan iklim tegakan (ikim mikro di dalam hutan), termasuk bagian bidang lahan bekas tebangan melalui tebang habis, di dalam wilayah hutan tetap pada tanah negara atau tanah milik yang setelah pemanenan (penebangan) terhadap tegakan hutan yang terdahulu dilakukan pembuatan dan pemeliharaan permudaan alam atau penghutanan kembali (Bruenig 1996).


2.      Manfaat Hutan
Tempat yang mempunyai sejuta kekayaan alam yang bernama Negara Indonesia di dalamnya terdapat banyak hal yang mungkin saja tidak di miliki oleh negara lainnya. Salah satu hal yang menarik untuk di kupas tentang negara Indonesia adalah macam dan jenis hutan di indonesia. Ternyata banyak sekali macam dan jenis hutan di indonesia, kita akan membahas beserta dengan ciri hutan di Indonesia, manfaat hutan di Indonesia dan pengertian hutan di Indonesia itu sendiri. Tentu saja di dalam hutan di Indonesia tersebut banyak sekali flora dan fauna yang sangat luar biasa dan patut kita lestarikan.
Setidaknya kita harus mempunyai upaya untuk tetap melestarikan hutan di Indonesia, pasalnya hal ini akan membuat anak cucu kita nanti masih bisa menikmati indahnya hutan di Indonesia. Agar ekosistem yang ada di hutan di Indonesia tetap terjaga dan masih terlihat alami keindahannya. Karena terketuk akan hal tersebut, kali ini halomuda.com akan mengajak kamu untuk membahas tentang macam dan jenis hutan di Indonesia hanya untuk sekedar pengetahuan saja buat kamu agar lebih mengenal alam indonesia yang luar biasa keindahannya ini. Baiklah kini simak macam dan jenis hutan di Indonesia sebagai berikut.
2.1 Hutan Bakau atau Hutan Mangrove
      Hasil gambar untuk Hutan Bakau atau Hutan Mangrove
Macam dan jenis hutan di Indonesia yang pertama akan menjadi bahasan kita adalah Hutan Bakau yang tentu saja merupakan sebuah hutan di Indonesia yang berada di garis pantai landai dan juga mempunyai ciri berlumpur. Untuk ketinggian dari Hutan Bakau ini yakni antara 0 sampai 5 meter dan biasanya juga terkena pasang surutnya air laut lho.
Manfaat Hutan Bakau ini adalah dapat mencegah terjadinya erosi atau pengikisan lapisan tanah yang terjadi karena gelombang air laut. Ciri Hutan Bakau biasanya mempunyai akart yang tinggi hingga di atas permukaan laut, suhunya rata-rata adalah 26 derajat celcius. Biasanya Hutan Bakau juga mempunyai pohon yang berdaun tebal dan di fungsikan sebagai tempat bertelurnya udang dan ikan. Beberapa tempat yang terdapat Hutan Bakau adalah Pantai Utara Jawa, Pantai Riau, Pantai Selatan Papua, Kalimantan dan Pantau Timur Sumatra.
2.2    Hutan Hujan Tropis
Hasil gambar untuk Hutan Hujan Tropis
Jenis hutan di Indonesia yang berikutnya adalah Hutan Hujan Tropis yang tentu saja secara gamblang mempunyai pengertian yakni sebuah hutan heterogen yang di dalamnya terdapat berbagai jenis tumbuhan yang biasanya hidup di kawasan tropis. Ciri-ciri hutan di Indonesia yang satu ini adalah mempunyai daun yang hijau sepanjang tahun dan sangat lebat.
Untuk pohon yang tumbuh mempunyai ketinggian hingga 60 meter dan bahkan cendreung besar, bahkan Hutan Hujan Tropis ini di guyur curah hujan yang tinggi. Mempunyai banyak sekali jenis flora dan beriklim lembab. Biasanya jenis hutan di Indonesia yang satu ini berada di dataran rendah sampai dengan pegunungan juga.
2.3    Hutan Lumut
       Hasil gambar untuk Hutan Lumut
             Jenis hutan di Indonesia yang berikutnya menjadi bahasan kita adalah Hutan Lumut yang tentu saja biasanya mempunyai sebutan lain yakni tundra atau padang lumut. Biasanya jenis hutan di Indonesia seperti ini terdapat di puncak pegunungan tinggi yang selalu ada dalam tutupan kabut dan suhu yang sangat rendah.
Ciri-ciri hutan di Indonesia yang terkenal dengan nama Hutan Lumut ini yakni karena terdapat sangat tinggi sehingga membuat suhu rendah dan udara yang sangat lembab. Hutan Lumut ini ada di Sumatra, Sulawesi dan Puncak Papua. Bahkan pohon yang ada di Hutan Lumut ini di penuhi dengan lumut lho Guys.
2.4    Hutan Stepa
       Hasil gambar untuk Hutan Stepa

Jenis hutan di Indonesia yang selanjutnya adalah Hutan Stepa yang merupakan sebuah padang rumput yang sangat luas dan tidak ada pohon atau pun semak belukar yang berada di area parang rumput tersebut. Jenis hutan di Indonesia yang seperti ini cocok banget untuk lahan peternakan, pasalnya curah hujannya sangat sedikit. Hutan Stepa sangat muda jika kita jumpai di tempat-tempat seperti misalkan saja Sumbawa, Timor, Flores dan Sumba. Ciri Hutan Stepa lainnya adalah tidak ada semak belukar yang ada di area jenis hutan di Indonesia yang satu ini.
2.5    Hutan Musim
        Hasil gambar untuk Hutan Musim
            Jenis hutan di Indonesia yang selanjutnya menjadi fokus kita adalah Hutan Musim, yang secara pengertian dari Hutan Musim adalah hutan yang ada di kawasan tropis yang biasanya bisa terjadi musim kemarau dan musim hujan. Biasanya Hutan Musim ini di sebut dengan hutan homogin, pasalnya hanya ada satu jenis tumbuhan saja.
Ciri Hutan Musim antara lain adalah pada saat musim kemarau daun pohon yang ada dalam Hutan Musim rontok dan kering. Akan tetapi kembali lebat daunnya pada saat musim hujan. Beberapa pohon yang biasanya ada dalam Hutan Musim ini seperti misalkan saja pinus, jati, kapuk, angsana dan cendana.
2.6    Hutan Sabana atau Saruan
       Hasil gambar untuk Hutan Sabana atau Saruan
            Jenis hutan di Indonesia yang berikutnya menjadi bahasan kita adalah Hutan Sabana yang merupakan sebuah hutan yang di penuhi oleha padang rumput akan tetapi terdapat pohon dan semak belukar yang rimbun. Hal ini tentu sangat berbeda dengan jenis hutan di Indonesia lainnya yang telah kita bahas tadi bukan?
            Ciri hutan di Indonesia yang seperti ini adalah biasanya mempunyai suhu panas tinggi, kemarau yang sangat panjang dan tentu saja curah hujan yang sedikit. Beberapa tumbuhan yang biasanya ada di Hutan Sabana seperti palem, Akasia, Lontar dan Cendana. Untuk peternakan, jenis hutan di Indonesia seperti ini sangat cocok seperti peternakan sapi, kambing dan kuda. Hutan Sabana ini bisa kamu temukan di tempat seperti NTT, NTB, Aceh, Madura dan Jawa Timur.
2.7    Hutan Rawa Air Tawar dan Hutan Rawa Gambut
       Hasil gambar untuk fish pond
Jenis hutan di Indonesia yang berikutnya akan menjadi bahasan kita di halomuda.com adalah Hutan Rawa Gambut, biasanya Hutan Rawa Gambut ini juga mempunyai sebutan yakni Hutan Rawa Air Tawar yang tentu saja dengan area hutan yang cukup luas. Bahkan manfaat hutan di Indonesia yang satu ini baik untuk area pertanian khususnya persawahan lho Guys. Hutan Rawa Gambut yang merupakan salah satu jenis hutan di Indonesia ini bisa kamu temukan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Pantai Timur Sumatra.

Tugas Penilaian Hutan                                                                                          Medan,  Oktober 2019 RO...